Selasa, 10 Juli 2018

Muhasabah Diri

Hidup dalam era sekarang ini seolah-olah menuntut setiap orang untuk tampil sebaik mungkin-secantik/setampan mungkin-seWAH mungkin-dan segala sesuatu yang sifatnya artifisial. Semakin sulit menemukan orang yang sederhana kecuali kita benar-benar meletakkan gadget kita kemudian membuka pintu rumah dan jalan kaki menyusuri jalan yang selama ini kamu lewati begitu saja.
#
Ketika banyak orang terpacu ingin segera kaya, mapan, berkecukupan, dan menampilkan semua itu dengan simbol-simbol barang dengan merk tertentu. Kadang saya sulit memahami bagaimana jalan pikir orang lain dalam mengekspresikan dirinya.
#
Kita pun mungkin mengalami euforia yang sama. Sama sprt kita dulu lepas SMA dan masuk dunia kuliah. Euforia ketika sudah lulus kemudian memperoleh pekerjaan dengan gaji yang cukup layak untuk meningkatkan kualitas hidup kita yang mungkin lebih tepatnya meningkatkan gaya hidup kita.
#
Untuk bisa bertingkah kaya, orang tdk perlu belajar. Tapi untuk menjadi sederhana, orang harus belajar keras.
#
Di tengah proses dan fase pembuktian kita terhadap dunia disekitar kita, kita kadang salah memilih bentuk pembuktian itu. Bahwa kita sudah mencapai kesuksesan dibuktikan dengan apa-apa yang kita mampu beli dan miliki saat ini. Dengan setelah licin yang rapi dan foto di media sosial yang menampilkan kehidupan kita sehari-hari ditempat-tempat yang keren. Kadang kita keliru melihat dunia ini.
Kita keliru dalam memahami bahwa fase pembuktian diri itu bukan dengan itu. Tapi dengan apa yang kita bisa berikan untuk kebaikan di sekitar kita, untuk orang lain, dan untuk sesuatu yang lebih besar.
#
Kita perlu memahami dalam 24 jam yang sama, ada orang yang bisa mengatur waktu untuk memikirkan dirinya sendiri, ada yang bahkan bisa selesai memikirkan dirinya sendiri dan orang lain, ada yang juga bahkan 24 jam tidak selesai mengurus dirinya sendiri.
#
Kita tdk perlu tampil mengagumkan untuk membuat orang lain terkagum. Lakukan segala sesuatu dengan tulus dan sederhana, makanlah dengan sederhana, berpakaianlah dengan sederhana, dan tidak perlu pusing tentang harus tampil seperti apa hari ini dan esok. 
Sederhana saja. Toh kita kan cuma singgah😊
Via: kurniawangunadi

Inspiration Story


Ada teman saya pernah bercerita tentang tetangganya ketika di awal menikah dulu, pernah berdagang kaki lima keliling (jualan tape). Kini ia sudah punya ruko berjualan sembako.
#
Suatu hari, dagangannya hanya laku sedikit dan tidak bisa mencukupi kebutuhannya. Ketika pulang ke rumah istrinya bertanya kepada teman saya, "laku berapa bang dagangannya?". Lalu suaminya menjawab, " hanya sedikit". Istrinya berkata, "sabar ya Bang, mungkin belum rizqi kita". #
Dan tahukah kalian ? Istrinya itu cantikkk sekali, Tinggi, putih, bersih, hidung mancung, matanya indah, Pokoknya idaman ikhwan normal deh. ,(kata teman saya yang melihat langsung istrinya). #
Mendengar cerita tersebut saya merasa terharu. Kenapa ? Karna dijaman seperti sekarang ini, sangat sulit ditemukan wanita yang memiliki penampilan cantik dan menawan, lebih memilih menghabiskan sisa hidupnya bersama laki2 yang afwan (hanya seorang penjual tape keliling) dan berpenampilan kurang menarik. 
#
Ketika teman saya kepo pada wanita tersebut. Mengapa mau menikah dengan laki2 itu. Padahal kalau boleh memilih, wanita itu bisa mendapatkan laki2 yang 2x lipat lebih mapan dan tampan.
#
Tapi apa yang ia katakan ? Wanita itu berkata "suami saya itu rizqi dari Allah. Maka saya syukuri. Dari awal ta'aruf saya sudah pasrahkan segalanya sama Allah. Ga neko2 mintanya. Cuma satu. Agamanya yang baik. Alhamdullilah dikabulin sama Allah. Ga ada alasan untuk menolak dia. Meski kata orang dia miskin, dia ga ganteng. Tapi saya nyaman. Setiap malam ga pernah absen tahajudnya. Puasa sunnahnya. Hafalan Qur'annya. Waktu kerjanya ga padat. Jadi ada waktu untuk saya dan anak2.Alhamdullilah bahagia. Tinggal sabar aja yang dibanyakin. Selebihnya biar Allah yang menentukan. Mikirin omongan orang lain ga ada habisnya. Emang orang mau kasih kita makan kalo kita kelaperan ?😒